Askep Gadar Hiperglikemia Pdf Merge

Автор:

Askep, asuhan keperawatan, lp. Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan. LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK NERS STASE GADAR RUANG HEMODIALISA A. Hipoglikemia disebut juga sebagai penurunan kadar gula darah yang merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal.

Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketosis adalah keadaan koma akibat dari komplikasi diabetes melitus di mana terjadi gangguan metabolisme yang menyebabkan 1) kadar gula darah sangat tinggi yaitu lebih dari 600mg/dl, 2)meningkatkan dehidrasi hipertonik dan tanpa disertai ketosis serum, biasa terjadi pada DM tipe II. Koma hiperosmolaritas hiperglikemik non ketotik (KHONK) merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran ( sense of awarness).

KHONK biasanya terjadi pada orang tua dengan DM yang mempunyai penyakit penyerta yang mengakibatkan menurunnya asupan makanan. Keadaan ini paling sering terjadi pada individu yang berusia 50 hingga 70 tahun dan tidak memiliki riwayat diabetes atau hanya menderita diabetes tipe2 yang ringan.

Askep Gadar Hiperglikemia Pdf Merge

Timbulnya keadaan akut tersebut dapat diketahui dengan melacak beberapa kejadian pencetus seperti sakit yang akut (pneumonia, infark miokard, stroke), konsumsi obat-obat yang diketahui akan menimbulkan insufisiensi insulin (preparat diuretic tiazida, propanolol) atau prosedur terapeutik (dialysis peritoneal atau hemodialisis, nutrisi parenteral total). Keadaan hiperglikemia persisten menyebabkan diuresis osmotik sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit. Untuk memertahankan keseimbangan osmotic, cairan akan berpindah dari ruang intra sel ke dalam ruang ekstra sel.

Dengan adanya glukosuria dan dehidrasi, akan dijumpai keadaan hipernatremia dan peningkatan osmolaritas. Salah satu perbedaan utama antara KHONK dan KAD adalah tidak terdapatnya ketosis dan asidosis pada KHONK. Perbedaan jumlah insulin yang terdapat pada masing-masing keadaan ini dianggap penyebab parsial perbedaan di atas. Pada hakikatnya, insulin tidak terdapat pada KAD. Dengan demikian terjadi penguraian simpanan glukosa, protein, dan lemak (penguraian nutrient yang disebut terakhir ini akan menghasilkan badan keton dan selanjutnya terjadi ketoasidosis). Pada KHONK kadar insulin tidak rendah, meskipun tidak cukup untuk mencegah hiperglikemia (dan selanjutnya dieresis osmotik).

Namun, sejumlah kecil insulin ini cukup untuk mencegah pemecahan lemak. Penderita sindrom KHONK tidak akan mengalami gejala system gastrointestinal yang berhubungan dengan ketosis seperti pada KAD. Gagal jantung. Akibat dari hiperglikemi membuat darah menjadi semakin kental dan membuat kerja jantung menjadi lebih berat dan membuat terjadinya gagal jantung.

Ataupun dapat terjadi hipotensi karena pemberian insulin dapat menyebabkan perpindahan glukosa dari ekstraseluler ke intraseluler. Sedangkan glukosa adalah sebagai osmotik kristaloid sehingga diikuti dengan keluarnya cairan ke ekstraseluler. Keadaan ini menyebabkan terjadi pemindahan cairan intravaskuler ke ekstravaskuler sehingga terjadinya shok. Oleh karena itu dibutuhkan pemberian NaCl yang tinggi. Karena peningkatan usia pada KHONK, maka pemantauan ketat terhadap status volume dan elektrolit diperlukan untuk mencegah gagal jantung kongesif serta disritmia jantung. NaCl 0,9% atau 45% sesuai dengan natrium dan intensitas penurunan volume. NaCl bisa diberikan cairan isotonik atau hipotonik ½ normal diguyur 1000 ml/jam sampai keadaan cairan intravaskular dan perfusi jaringan mulai membaik, baru diperhitungkan kekurangan dan diberikan dalam 12-48 jam.

Pemberian cairan isotonil harus mendapatkan pertimbangan untuk pasien dengan kegagalan jantung, penyakit ginjal atau hipernatremia. Gklukosa 5% diberikan pada waktu kadar glukosa dalam sekitar 200-250 mg%.

Akibat dari kenaikan glukosa darah secara ekstrim dapat turun ketika pasien mengalami rehidrasi. Walaupun insulin kurang berperan dalam penanganan KHONK, tetapi insulin dapat diberikan melalui infus secara kontinu dengan kecepatan lambat untuk mengatasi hiperglikemia dan dekstrosa ditambahkan dalam cairan infus (seperti pada KAD) bila kadar glukosa menurun hingga mencapai kisaran 250 sampai 300 mg/dl (13,8 sampai 16,6 mmol). Pada saat ini para ahli menganggap bahwa pasien hipersemolar hiperglikemik non ketotik sensitif terhadap insulin dan diketahui pula bahwa pengobatan dengan insulin dosis rendah pada ketoasidosis diabetik sangat bermanfaat. Karena itu pelaksanaan pengobatan dapat menggunakan skema mirip proprotokol ketoasidosis diabetik.

Peristiwa glukoneogenesis berperan penting dalam penyediaan energi bagi kebutuhan tubuh, khususnya sistem saraf dan peredaran darah (eritrosit). Kegagalan glukoneogenesis berakibat FATAL, yaitu terjadinya DISFUNGSI OTAK yang berakibat KOMA dan kematian. Hal ini terjadi bilamana kadar glukosa darah berada di bawah nilai kristis.

Nilai normal loboratoris dari glukosa dalam darah ialah: 65-110 ml/dl atau 3.6-6.1 mmol/L. Setelah penyerapan makanan kadar glukosa darah pada manusia berkisar antara 4.5-5.5 mmol/L. Jika orang tersebut makan karbohidrat kadarnya akan naik menjadi sekitar 6.5-7.2 mmol/L. Saat puasa kadar glukosa darah turun berkisar 3.3-3.9 mmol/L.

Fase II: gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi otak, karena itu dinamakan gejala neurologis. Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi jugamenyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral.

Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.

Hipoglikemi adalah salah satu kegawatan yang mengancam bila tidak segera teratasi, dimana terjadi akibat menurunnya kadar glukosa darah kurang dari 50 mg /d l. Hipoglikemi dapat disebabkan oleh puasa, khususnya puasa yang disertai olahraga, karena olahraga meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel-sel otot. Hipoglikemia lebih sering disebabkan kelebihan dosis insulin pada pengidap diabetes dependent insulin (IDDM). Otak memerlukan glukosa darah sebagai sumber energi utama. Oleh sebab itu jika gula darah terlalu rendah maka organ pertama yang terkena dampaknya adalah sistem saraf pusat, seperti sakit kepala akibat perubahan aliran darah otak, konfusi, iritabilitas, kejang, dan koma.

Selain itu, hipoglikemia juga menyebabkan pengaktifan sistem saraf simpatis yang menstimulasi rasa lapar, gelisah, berkeringat dan takikardia. Studi yang berlangsung dari tahun 1998-2002, melibatkan 1.465 partisipan dengan DM tipe 2 dan berusia rata-rata 65 tahun yang pernah mengalami sekali atau lebih episode hipoglikemia, menunjukkan sebanyak 17% menderita demensia, dibandingkan dengan 10,3% dari mereka yang tidak ada riwayat hipoglikemia. Risiko terjadinya demensia ada 26% pada kelompok pasien yang memiliki riwayat hipoglikemia berat sebanyak 1 kali, meningkat 15% pada pasien yang memiliki riwayat hipoglikemia berat sebanyak 2 kali, dan menjadi 16% pada pasien yang memiliki riwayat hipoglikemia 3 kali atau lebih.

(Soemadji 2007, 1870). Hiperglikemi adalah suatu keadaan kadar glukosa darah yang tinggi dari rentang kadar puasa normal 120 mg/ 100 ml darah, dimana disebabkan oleh defisiensi insulin (DM tipe I), penurunan responsivitas sel terhadap insulin (DM tipe II), stres kronis, hipertiroid, serta alkoholisme. Gejala yang sering terlihat pada klien yang mengalami hiperglikemi adalah peningkatan kadar gula darah, poliuria, polipagia, polidipsi, kelemahan, BB turun, kesemutan khususnya pada ekstremitas, serta glukosuria. Penatalaksanaan hiperglikemi adalah dengan diet yang memperhatikan trilogi 3 J, latihan jasmani, serta obat-obatan. Prevalensi penderita hiperglikemi atau Diabetes Mellitus di Indonesia adalah pada tahun 2006 mencapai 14 juta orang, dimana sebanyak 50% penderita yang sadar mengidap dan sekitar 30% di antaranya melakukan pengobatan secara teratur. Penderita Diabetes Mellitus diperkirakan akan meningkat pada tahun 2030, yaitu sebanyak 21,3 juta penderita. Sepuluh negara terbanyak menderita Diabetes Mellitus yaitu India, Cina, Amerika Serikat, Indonesia, Jepang, Pakistan, Rusia, Brazil, Italia dan Banglades, dimana lebih dari 90% menderita Diabetes Mellitus type II.

Sebelum gejala-gejala di atas timbul, di lepaskanlah epinefrin yang disebut sebagai gejala peringatan. Namun pada penderita hipoglikemia yang rekuren seringkali tidak mengalami gejala peringatan sebelum jatuh koma. Hal ini disebabkan karena kekurangan epineprin dalam tubuhnya. Begitu pula pada penderita diabetes yang lebih dari 10 tahun mendapatkan insulin juga sering mengeluh timbul reaksi hipoglikemik tanpa reaksi peringatan. Hal tersebut dikarenakan berkurangnya respon simpatis terhadap hipoglikemia. Pendapat lain mengatakan hal itu disebabkan adanya neuropati saraf sensorik.

Bila timbul gejala tetapi penderita tidak segera mendapatkan pertolongan yang adekuat maka akhirnya penderita dapat terjatuh dalam koma.